TEMPO.CO, Jakarta - Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) mendirikan Pondok Belajar Iptek di RPTRA Seruni, Jaksel. Pondok belajar yang dibangun bekerja sama dengan Laboratorium Statistics and Quality Engineering (SQE) ini adalah komitmen FTUI untuk meningkatkan minat belajar dan baca anak-anak.
"Pondok Iptek FTUI adalah sebuah tempat berkumpul, belajar dan bermain bagi anak-anak yang dilengkapi dengan fasilitas ilmu pengetahuan dan teknologi serta keilmuan dasar teknik," kata Ketua Program Pondok Iptek FTUI Prof Isti Surjandari Prajitno dalam keterangan tertulis di Depok, Jawa Barat, Sabtu 20 Oktober 2018.
Pondok Iptek FTUI didirikan di dalam RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak) Seruni, Jakarta Selatan. Terdapat beberapa permainan edukatif yang dirancang pada kegiatan ini.
Permainan pertama adalah jalur bola luncur yang menerapkan dan mengajarkan kepada anak tentang konsep fisika mekanika terkait dengan percepatan benda. Kedua, adalah "Spinner Board" ular tangga yang mengajarkan konsep dasar berhitung pada anak-anak dengan cara memutar spinner board sambil bermain ular tangga.
Ketiga adalah permainan "5 in 1" yang dikhususkan untuk anak-anak dengan usia 4-6 tahun. Pada permainan tersebut terdapat 5 sisi berbeda yang dirancang dengan tujuan untuk melatih motorik, kognitif, dan afektif serta psikomotorik pada anak.
Selain itu, pondok ini juga menyediakan buku sains anak yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas gemar membaca sejak dini serta memperluas wawasan terkait Iptek. Beberapa buku ini diperoleh dari hasil donasi para mahasiswa dan dosen FTUI.
Ia menuturkan pihaknya peduli akan terciptanya kondisi lingkungan yang positif dan mendukung tumbuh kembang anak optimal secara fisik, mental, dan sosial.
"Untuk itu, kami berinisiatif menciptakan Pondok Iptek agar dapat membantu perkembangan anak dari sisi lingkungan belajar di tengah masyarakat," katanya.
Ia menambahkan tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan wawasan serta minat anak-anak dalam mempelajari dan menerapkan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari, khususnya mengenai keilmuan dasar teknik terkait matematika dan fisika mekanika.
Penelitian Ilmuwan Amerika: Manusia Indonesia Paling Malas Gerak
TEMPO.CO, San Francisco - Ilmuwan Amerika Serikat telah mengumpulkan data berskala dunia dari pengguna ponsel untuk melihat seberapa aktif seseorang. Analisis Stanford University terhadap data yang diperoleh menit demi menit itu menunjukkan jumlah rata-rata langkah manusia setiap hari adalah 4.961.
Yang menarik warga Hong Kong menunjukkan rata-rata teratas dengan 6.880 langkah per hari, sementara Indonesia berada di peringkat bawah, hanya mencatat rata-rata 3.513 langkah per hari alias paling mager (malas gerak). Namun, temuan itu juga mengungkap rincian menarik lainnya yang bisa membantu mengatasi obesitas.
"Penelitian ini 1.000 kali lebih besar daripada studi sebelumnya pada gerakan manusia,” ujar Scott Delp, seorang profesor bioteknologi dan salah satu ilmuwan peneliti, sebagaimana dilaporkan BBC, Rabu 12 Juli 2017.
"Sebelumnya telah ada beberapa survei kesehatan menarik dilakukan, tetapi penelitian baru kami menyediakan data dari lebih banyak negara, lebih banyak subjek, dan melacak aktivitas masyarakat secara berkelanjutan. Ini membuka pintu untuk cara-cara baru melakukan sains pada skala yang jauh lebih besar dari yang pernah kita lakukan sebelumnya,” ujarnya.
Temuan ini telah diterbitkan dalam jurnal Nature dan penulis penelitian mengatakan hasilnya memberikan wawasan penting untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar